Halo wikiters! Kamu suka nonton Britain’s Got Talent (BGT) kan? Kalau iya, sudah pernah nonton audisinya Susan Boyle gak? Audisinya Susan Boyle ini merupakan salah satu audisi tak terlupakan dalam sejarah Britain’s Got Talent loh, dan bagi aku Ia jadi contoh yang bagus untuk menjelaskan fenomena Horn Effect ke wikiters!
Kalau belum nonton, yuk tonton dulu ya, wikiters!
Susan Boyle merupakan peserta audisi BGT yang waktu itu mengagetkan seluruh penonton. Waktu audisi, Ia naik ke atas panggung dengan penampilan yang dekil, tua, rambut berantakan dan baju yang jelek.
Penampilan yang jelek seperti itu membuat juri dan penonton langsung meremehkan kemampuan bernyanyinya karena mereka langsung menganggap bahwa Susan pasti gak bisa nyanyi bagus. Namun ketika Susan mulai menyanyikan lagu I Dreamed A Dream, juri dan penonton tercengang-cengang oleh bagusnya suara Susan.
Penonton pun langsung sadar kalau penilaian awal mereka terhadap Susan itu salah besar.
Nah, apa yang menimpa Susan itu adalah Horn Effect, wikiters!
Horn effect terjadi ketika seseorang memberikan penilaian negatif terhadap keseluruhan kualitas orang lain hanya berdasarkan kesan pertamanya saja atau berdasarkan satu sifat saja.
Kisah Susan tersebut menjadi contoh paling bagus menurutku karena di video audisinya terlihat jelas bagaimana penonton langsung memberikan penilaian yang buruk tentang Susan hanya berdasarkan penampilannya saja, penonton langsung menyimpulkan Susan tidak berkualitas bahkan sebelum Ia mulai bernyanyi.
Horn effect ini sebenarnya tidak hanya terjadi dalam kasus pencarian bakat saja wikiters, namun bisa terjadi di mana saja, bisa di sekolah, perusahaan bahkan di mana-mana. Contoh horn effect yang terjadi di sekolah, misalnya penilaian guru terhadap siswanya yang tidak rajin. Hanya karena siswa tersebut terkesan tidak rajin di kelas 10, semua guru langsung mencap siswa itu tidak rajin atau bodoh selama kelas 11 dan 12. Pemberian nilai tidak berdasarkan pada hasil evaluasi belajar siswa yang objektif tapi dikarenakan halo effect guru terhadap siswa.
Jadi, apa sebenarnya Horn Effect?
Horn effect (horn=tanduk) merupakan salah satu bias kognitif yang mempengaruhi cara seseorang menilai objek, biasanya terjadi ketika seseorang membuat penilaian terlalu cepat terhadap objek berdasarkan satu sifat negatif saja. Horn effect mengacu pada kecenderungan seseorang untuk membuat kesan yang tidak menyenangkan secara keseluruhan pada suatu objek, hanya berdasarkan satu atribut/sifat negatif saja (Burton et al., 2015).
Misalnya, horn effect dapat menyebabkan kita membuat stereotip bahwa seseorang yang gemuk sudah pasti pemalas meskipun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa moralitas berkaitan dengan penampilan.
Dalam kasus Susan Boyle, horn effect menyebabkan penonton membuat stereotip bahwa seseorang yang sudah tua dan berpenampilan tidak menarik sudah pasti tidak bisa bernyanyi dengan bagus di panggung BGT. Contoh lainnya, horn effect menyebabkan konsumen menganggap semua produk perusahaan A buruk hanya karena salah satu produk perusahaan A buruk di mata konsumen tersebut. Horn effect menyebabkan asumsi tentang suatu objek diambil dari informasi yang sangat minim.
Horn Effect dalam Lingkungan Kerja
Horn effect dapat terjadi dalam semua konteks di perusahaan, salah satunya dalam konteks penilaian kinerja karyawan (performance appraisal).
Proses penilaian kinerja karyawan tentu harus dilakukan dengan seobjektif mungkin kan, wikiters. Horn effect mengganggu proses penilaian kinerja karena menyebabkan penilaian terhadap kinerja karyawan menjadi bias dan subjektif.
Horn effect membuat tim penilai memberikan penilaian yang buruk terhadap karyawan yang sedang dinilai karena impresi yang ditampilkan oleh karyawan tersebut. Horn effect tentu saja berpengaruh terhadap keakuratan penilaian kinerja karyawan dan akhirnya perusahaan mengalami kerugian karena tidak bisa membuat keputusan tentang kinerja karyawannya.
Misalnya, seorang karyawan bernama Diki melakukan presentasi kepada manajernya pada bulan Januari. Pada saat presentasi, Diki sangat gugup dan tidak konsentrasi karena Ia tidak menyiapkan materi presentasi dengan baik. Data yang disampaikan Diki banyak kesalahan.
Manajernya pun menganggap bahwa Diki tidak kompeten. Alih-alih membantu Diki untuk memperbaiki kinerjanya, sang manajer meremehkan Diki selama setahun berikutnya dan mencap Diki tidak kompeten. Setiap kali Diki membuat kesalahan-kesalahan kecil di presentasi-presentasi berikutnya, penilaian buruk sang manajer terhadap diki semakin buruk.
Pada saat penilaian kinerja menggunakan skala 1-5 (1=kinerja sangat tidak baik, 5 = kinerja sangat baik), manajer memberikan nilai 2 kepada Diki dengan alasan “Diki telah membuat kesalahan dan tidak dapat diandalkan”. Padahal Diki hanya terkena horn effect.
Sangat tidak adil ya, wikiters!
Horn Effect Dalam Akuntansi
Sebenarnya, horn effect punya kebalikan, yaitu halo effect. Nanti aku ulas di artikel lain ya soal halo effect ini. Kalau dalam konteks akuntansi, horn effect ini jarang sekali diteliti dibandingkan halo effect. Dalam riset akuntansi keperilakuan, halo effect telah cukup banyak diteliti, misalnya penelitian:
Utami, I., Kusuma, I.W., Gudono, G. and Supriyadi, S. (2017), “Debiasing the halo effect in audit decision: evidence from experimental study”, Asian Review of Accounting, Vol. 25 No. 2, pp. 211-241. https://doi.org/10.1108/ARA-10-2015-0105
Link: https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/ARA-10-2015-0105/full/html
Nah kira-kira menurut wikiters bagaimana contoh fenomena horn effect dalam konteks akuntansi? Tulis di komentar ya..